dalam hal ini, saya akan oba memaparkan pengertian puisi bukan dengan cara estimologis dan atau bahasa ilmiah lainnya
istilah puisi dikenal manusia sastra sebagai perumpamaan jiwa pada saat merasakan sesuatu yang harus ia ungkapkan tak hanya melalui lantangnya ia berbicara atau pastinya ia dalam berbuat. Akan tetapi bagaimana cara ia lihai dalam menuliskan yang dipikirkannya melalui goresan pena dalam secarik kertas
begitulah kiranya arti puisi menurut saya. silahkan di komen untuk mengapresiasi tulisan saya. :)
Bahasa Pemersatu Bangsa "INDONESIA"
Selasa, 24 Desember 2013
KLAUSA
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
1) Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan. Contohnya sebagai berikut:
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
2) Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut:
Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
3) Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini:
Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu. Dia pindah ke Jakarta (klausa utama) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan) Ibunya kawin lagi (klausa sematan) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat). Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
Kamis, 05 Desember 2013
Pendidikan Anak dalam Pandangan Islam
Mendidik anak merupakan kewajiban bagi orang dewasa. Dalam jenjang anak
usia sekolah dasar, merupakan kesempatan emas untuk menanamkan moral-moral
islami dalam kehidupan anak tersebut, karena usia anak sekolah dasar merupakan
jembatan bagi mereka mencapai tahap selanjutnya yaitu usia remaja. Oleh karena
itu penanaman moral sangatlah penting di usia anak sekolah dasar.
Pentingnya pendidikan untuk anak berimbas pada kemampuan guru agar
menjadi suri tauladan bagi murid-muridnya. Menjadi guru bukanlah perkara yang
mudah, setiap apa yang diajarkan oleh guru akan mendapat balasan dan
pertanggung jawaban, apakah itu balasan yang baik? Atau sebaliknya, balasan
yang buruk? Karena pentingnya faktor
guru atau orang dewasa dalam mendidik, Allah pun berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.
(At-Tahrim: 6)
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari
dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban”
Ada beberapa
metode untuk mendidik anak di usia sekolah dasar yang bisa digunakan oleh guru
maupun orang tua murid di rumah. Beberapa tuntunan dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak:
1.
Penanaman tauhid dan aqidah agama
Islam yang diutamakan dalam setiap aspek kehidupan
Mengapa hal ini penting? Tauhid merupakan
landasan dari Islam, apabila tauhid seseorang sudah benar maka selamatlah dunia
dan akhiratnya. InsyaAllah. Merupakan
dosa besar yang pertama apabila seseorang itu syirik. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ
بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan
daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48).
Oleh karena itu, di dalam Al-Quran pula
Allah kisahkan nasehat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi,
“Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.(Luqman: 13)
Penanaman tauhid dan aqidah bisa
dilangsungkan dalam pembelajaran apapun, diintegrasikan dalam setiap mata
pelajaran. Apalagi dengan sistem kurikulum 2013 yang menggabungkan beberapa
mata pelajaran termasuk pendidikan agama Islam dalam tema-tema tertentu. Hal
ini bisa memudahkan guru atau tenaga pendidik dalam mengajarkan moral islami
dalam kehidupan murid.
2.
Mengajari anak untuk ibadah
Setelah mengetahui bahwa pendidikan
agama Islam telah diintegrasikan dengan mata pelajaran lain yang akan
memudahkan guru untuk mengajarkan dan memperkenalkan Islam kepada anak. Hal
yang perlu diajarkan adalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah tidak hanya
tentang shalat saja. Karena melakukan apapun apabila diniatkan karena Allah dan
maslahat maka itu akan menjadi sebuah pahala bagi kita. Hadist dari Nabi
Muhammad SAW
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Shalatlah
kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
“Ajarilah
anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah
mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat-pen)”
(Shahih. Lihat Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).
Apabila anak sudah terbiasa dengan
ibadah, maka anak senantiasa berada pada lindungan Allah SWT
3. Mendidik
Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia
Ajarilah
anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan
basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll. Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan
kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti
kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang
lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.
4.
Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang
Diharamkan
Hendaknya
anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau
bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak
orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram
lainnya. Termasuk ke dalam
permasalahan ini adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan
guru yang tidak mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka
membiarkan anak-anak bermain-main dengannya. Bahkan lebih dari itu kita
berlindung kepada Allah,
sebagian mereka menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi
anak, dan memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik.
Ada hadist Nabi Muhammad SAW yang
mengatakan:
“Sungguh akan ada dari umatku yang menghalalkan zina,
sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu
Daud).
“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di neraka, maka
kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian
gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam”(HR. Muslim).
Karena dari itu
penting sekali bagi para guru untuk menyortir dengan baik apa yang akan
diajarkannya apalagi di bidang kesenian dan budaya.
5. Menanamkan cinta jihad serta
keberanian.
Dalam hal ini buka perang fisik yang
diprioritaskan, akan tetapi keberanian dalam melakukan hal hal positif. Kita
selain sebagai guru juga sebagai motivator bagi anak didik kita. Jihad yang
memiliki makna bersungguh-sungguh memiliki arti yang sangat mendalam dan bisa
digunakan dalam pendidikan anak di usia sekolah dasar. Keberanian dalam
mengambil keputusan dan membantu teman sekelas yang lupa membawa pensil dan
juga alat tulisnya merupakan ciri dari orang yang cinta jihad dan juga berani.
6.
Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya
anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak
laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian
perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i,
bahkan ketat dan menunjukkan aurat.
Tentang
hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia
termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk
anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala
sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
Demikianlah beberapa metode tuntunan
dari Nabi Muhammad SAW dalam mendidik anak secara umum yang bisa kita gunakan
dalam mengajar anak usia sekolah dasar. Semoga bermanfaat bagi guru dan orang
tua murid dalam mendidik anak. Aamiin
Metode Membaca dan Menulis Permulaan di SD
A.
Metode
Membaca Permulaan
1.
Metode
Abjad
Anak-anak
diperkenalkan dengan huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut
dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Setelah
tahapan itu, anak-anak dikenalkan dengan suku kata dengan cara merangkaikan
beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Proses selanjutnya yaitu mengenalkan
anak-anak kalimat sederhana.
Setiap tahapan diupayakan
mengikuti prinsip spiral (dari yang mudah ke yang sulit), komunikatif (bahasa
sehari-hari anak), kontekstual (sesuai dengan lingkungan terdekat anak), dan
konstruktivisme (pengalaman berbahasa anak).
2.
Metode
Eja/ Metode Bunyi (Spelling Method)
Metode
ini hamper sama dengan metode abjad. Perbedaannya terletak pada sistem
pelafalan abjad atau huruf.
3.
Metode
Suku Kata (Syllabic Method)
Metode
ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ca, ci, cu, ce, co, da, di, du,
dan lainnya. Suku Kata tersebut kemudian dirangkai menjadi kata-kata yang
bermakna.
4.
Metode
Kata (Whole Word Method)
Metode
ini dimulai dengan cara memperkenalkan kata yang bermakna, fungsional, dan
konstektual. Untuk permulaan sebaiknya mengenalkan kata yang terdiri dari dua
suku kata terlebih dahulu. Kemudian mengenalkan suku kata tersebut dengan
membaca perlahan, dan memberikan jeda pada tiap suku kata.
5.
Metode
Kalimat
Metode
ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Kalimat-kalimatnya
didahului dengan cerita guru atau tanya jawab yang dilakukan guru dan siswa.
Penyajian metode ini dapat dibantu dengan gambar tunggal.
6.
Metode
SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
Pembelajaran
dimulai dengan menampilkan satu kalimat utuh dan bermakna, setelah itu anak
diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat tersebut diurai menjadi kata, suku
kata, dan huruf. Pada tahap selanjutnya, uraian kata, suku kata, dan huruf
tersebut disatukan kembali.
7.
Metode
4 tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)
Menurut Steinberg (1982) ada
4 tahap dalam pembelajaran membaca permulaan, yaitu :
1.
Mengenal
kata dan maknanya;
2. Memahami kata yang dibacanya;
3. Membaca frase atau kalimat; dan,
4.
Membaca
teks atau wacana.
B.
Metode
Menulis Permulaan
Metode
menulis permulaan akan mengikuti metode yang digunakan pada metode membaca
permulaan. Misal, jika guru menggunakan metode abjad pada membaca permulaan
maka akan menggunakan menulis permulaan dengan metode abjad pula.
Contoh : siswa disuruh
menyali huruf: a, b, c, d, dst.
FONOLOGI
A.
Kajian
fonologi
Bahasa merupakan
suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipakai oleh manusia untuk tujuan
komunikasi. Hal itu merupakan fenomena yang menggabungkan dua dunia, yakni
dunia maknya dan dunia bunyi. Bahasa mempunyai tiga subsistem yaitu subsistem
fonologis, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal. Ketiga subsistem
tersebut berhubungan dengan aspek-aspek semantis.
Subsistem
fonologis yang meliputi unsur bunyi
bahasa yang berhubungan dengan unsur artikulatoris, akustis, dan auditoris
dikaji oleh fonetik; unsur bunyi bahasa yang berhubungan dengan fungsinya dalam
komunikasi dikaji oleh fonemik. Subsistem gramatikal yang meliputi kata,
bagian kata (morfem), dan proses pembentukan kata dikaji oleh morfologi;
sedangkan susunan kata yang berupa frasa, klausa, kalimat, dan wacana dikaji
oleh sintaksis. Subsistem leksikal yang meliputi kosakata (leksikon)
dikaji oleh leksikologi. Subsistem fonologi, gramatikal, dan leksikal
berhubungan dengan aspek-aspek semantis atau makna dikaji oleh semantik.
B. Batasan dan Kajian Fonologi
Istilah fonologi
berasal dari bahasa Yunani phone = ‘bunyi’, logos = ‘ilmu’.
Secara harfiah, fonologi adalah ‘ilmu bunyi’. Fonologi merupakan bagian dari
ilmu bahasa yang mengkaji bunyi, baik yang diucapkan (etik, parole),
maupun yang masih dalam pikiran (emik, Langue). Objek kajian fonologi
yang pertama disebut bunyi bahasa (fon) disebut tata bunyi (fonetik). Adapun
yang mengkaji fonem disebut tata fonem (fonemik). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji
dan mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya, dan perubahannya.
Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional. Objek garapan
fonologi meliputi dua macam yaitu (1) fonetik dan (2) fonemik.
1. Fonetik yaitu
cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah
bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
2. Fonemik yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tesebut sebagai pembeda.
2. Fonemik yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tesebut sebagai pembeda.
Langganan:
Postingan (Atom)